Kamis, 11 April 2013


Menanam Dasar-Dasar Iman Pada Anak


dakwatuna.com – Akidah adalah fondasi yang kokoh bagi bangunan peradaban Islam. Tanpa akidah yang terpancang, kekuatan peradaban yang bangun akan goyah. Dan tugas menanamkan akidah adalah tugas setiap keluarga muslim kepada anak-anak mereka.
Yakinlah, lembaga sekolah tidak bisa menjamin bisa menggantikan tugas penting orang tua itu. Tapi, mungkin sekolah bisa memberi pengayaan pengetahuan tentang data-data yang menguatkan akidah dan pokok-pokok ajaran agama kepada anak-anak kita.
Menanamkan akidah ke dalam hati anak-anak kita memang bukan pekerjaan instant. Butuh waktu dan kesabaran. Sebab, akidah adalah masalah yang abstrak. Tapi yakinkan kepada anak kita bahwa sekarang mungkin mereka tidak mengerti, seiring dengan waktu dan berkembangnya pikiran mereka, kelak mereka akan paham.
Pemahaman akidah yang seperti apa yang harus kita tanamkan kepada anak-anak kita sejak dini? Tentu saja tentang Allah swt., tentang kitab-kitab samawi, tentang malaikat, tentang nabi dan rasul, tentang hari akhir. Tentu saja perlu bahasa sederhana untuk menyampaikan hal-hal yang badihi (aksiomatik) tentang itu semua.
Sebagai contoh, kenalkan kepada anak kita tentang hal-hal berikut ini.
1. Allah adalah Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai Dia.
2. Setiap makhluk, termasuk anak kita, butuh kepada Allah swt. dan Allah swt. tidak butuh kepada selain diri-Nya.
3. Mengesakan Allah dalam ibadah adalah wajib.
4. Rahmat Allah swt. sangat luas sedangkan siksa-Nya sangat pedih.
5. Allah swt. mencintai hambanya yang taat dan membenci orang yang maksiat.
6. Dalam beribadah kepada-Nya, kita tidak membutuhkan perantara.
7. Hanya kepada Allah swt., kita meminta. Tidak kepada yang lain.
8. Tidak ada ketaatan terhadap makhluk jika harus bermaksiat kepada Allah swt.
9. Kita hanya diajurkan untuk memikirkan makhluknya, tidak memikirkan Dzat Allah swt.
10. Dia Allah swt. yang memberi manfaat dan mudharat. Tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat tanpa seizin-Nya.
11. Kita mengimani bahwa Allah swt. telah mengutus Rasul-Nya untuk membimbing umat manusia.
12. Semua Rasul menyuruh kepada tauhid dan beriman kepada Allah swt.
13. Para Rasul adalah maksum (terpelihara) dari dosa dan kemaksiatan.
14. Rasul kita adalah Muhammad saw. yang diutus untuk seluruh manusia, sedangkan rasul-rasul sebelumnya diutus hanya untuk kaumnya saja.
15. Jumlah Rasul banyak, dan hanya 25 orang dari mereka yang telah dikisahkan oleh Allah kepada kita melalui Al-Qur’an.
16. Rasul yang tergolong ulul ‘azmi (yang memiliki keteguhan hati) ada lima orang, yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw.
Masih banyak lagi hal-hal yang aksiomatik dalam akidah Islam yang bisa kita tanamkan kepada anak-anak kita. Tapi, jangan sampai kita menyampaikan hal-hal yang menjadi perselisihan di kalangan ulama agar mereka tidak bingung.
Alhamdulillah, saat ini sudah banyak buku-buku, nasyid (lagu-lagu), dan VCD yang berisi pelajaran tentang akidah dengan bahasa yang sederhana. Kita bisa memakainya sebagai sarana. Ingat, kita memakai semua sarana itu untuk mengajarkan akidah kepada anak-anak kita, bukan membiarkan anak kita bersama dengan sarana-sarana itu. Sebab, sarana (baca: alat) tidak bisa mengajarkan tanpa ada yang aktif menggunakan sarana itu mengajarkannya (baca: guru). Jadi, peran kita, orang tua, tidak pernah tergantikan dengan apa pun!
Semoga kita bisa menunaikan tugas ini. Jika Allah swt. bertanya nanti di hari penghitungan amal, kita telah siap dengan jawaban, “Ya Allah, aku telah mengenalkan diri-Mu dan Rasul-Mu kepada anak-anakku siang dan malam.”


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/05/636/menanam-dasar-dasar-iman-pada-anak/#ixzz2QDMmDFCT 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Doa untuk Ibu dan Anak



dakwatuna.com - Bahwa balasan kebaikan adalah kebaikan, barangkali mudah untuk mendengarnya, atau mengatakannya. Namun ternyata tidak mudah untuk melakukannya. Atau sekadar menyadarinya.
Seorang tamuku malam ini menitip doa untuk anak lelakinya yang sedang menjadi ujian baginya.
” Mohon doa ya bu, agar dia menjadi anak shalihah, anak yang berbakti dan mau mendengarkan orang tua. Beberapa minggu ini saya sedang suntuk. Masak HP saya diambil….bla…bla…”
Ia curhat dengan mata dan hidung merah menahan tangis. Tangis seorang ibu yang luka hatinya.
” Kalau saya dengar ceramah bu Ida, tidak boleh mengatai anak ini itu, ya saya tahu, saya sadar. Tapi kenyataannya saya juga suka lupa. Kadang saya sumpahi dia. Nek kamu seperti itu sama orang tua, kamu itu mau jadi apa…? Habis gimana bu, dua Hp barunya dibanting hancur. Lalu dia ambil Hp saya. Kartunya dibuang. Dua hari saya minta, tidak diberikan bilangnya sudah di buang. Kan saya jadi dongkol…”
Panjang lebar cerita hal ihwal si anak. Setelah tahu sebagian masalahnya, aku sampai pada kesimpulan:
” Ibu, saya bantu dengan doa di tanah suci.
Tapi ibu bantu dengan berubah sikap agar doanya membawa hasil.
Pertama, ibu tidak boleh membandingkan dia dengan kakaknya. Sesungguhnya ia punya perasaan yang halus seperti namanya. Jadi dia mudah tersinggung dan sakit hati jika dibandingkan dengan kakaknya. Ibu jangan lagi memuji atau menyebut nama kakaknya di depannya.
Kedua, ibu ikhlaskan semua kebaikan ibu padanya, jangan diundat-undat (disebut-sebut). Bersihkan hati ibu dari rasa jengkel dan dongkol padanya. Isi dengan rasa cinta dan sayang. Karena selama ibu dongkol padanya, dia juga dongkol pada ibu. Jika ibu menyayangi dia, insya Allah akan berbalas sayang.
Ketiga, jangan menyumpahi dia dengan kata-kata keburukan. Jika ibu sedang dikasari atau dia bersikap tidak baik pada ibu, sumpahi dia dengan kebaikan. Katakan saja: apapun yang kamu lakukan, ibu tetap sayang kamu, ibu doakan kamu jadi anak shalih, sugih, sukses, mikul duwur mendem jero sama orang tua.
Jika ibu mau lakukan tiga hal ini terus, sebulan lagi insya Allah ibu akan melihat perubahan sikap anak ibu…”
Saya kenal ibu ini, orang yang banyak bicara dan juga suka mengomeli anaknya.
Saya yakinkan bahwa balasan kebaikan adalah kebaikan. Jadi ibunya yang harus memulai dengan membuang semua sikap negatifnya jika mengingini anak menjadi lebih baik.
Kupikir ajaib juga ya jika berdoa di tanah suci, di tempat yang mustajab, terus terjadi perubahan yang drastis pada yang didoakan.
Hmm semoga memang demikian. Bukankah Allah Maha Mengabulkan doa.
Namun upaya manusiawi jika tidak dilakukan….mungkin akan tertunda pengabulannya.
Maka untuk semua ibu yang minta didoakan untuk kebaikan anaknya, sedangkan anaknya sedang menjadi ujian baginya, pertama saya akan doakan ibunya dulu. Agar ibunya menyadari kesalahannya, bertaubat dan memperbaiki sikap kepada anaknya. Barulah saya doakan untuk kebaikan anaknya. Karena seringkali titipan doanya adalah agar anaknya diberi kesadaran, kebaikan, mau jadi anak shalih yang berbakti….tapi ibunya lupa minta didoakan agar menjadi ibu yang baik….
Hmm saya sendiri, akan berdoa agar saya diberi petunjuk dan istiqamah untuk menjadi ibu yang baik. Barulah saya mendoakan anak saya menjadi anak-anak yang baik.
Saya berdoa agar saya menjadi anak yang berbakti pada ibu saya dan ibu mertua saya, barulah saya akan memohon anak saya berbakti kepada saya.
Kira-kira begitu ya untuk semua yang titip doa.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/30984/doa-untuk-ibu-dan-anak/#ixzz2QDK6nuhE 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook